Layanan Perpustakaan Berbasis Pemustaka: Solusi Mengurangi Library Anxiety
Seringkali pemustakaa yang datang ke perpustakaan kurang mengetahui layanan serta cara untuk memanfaatkan layanan yang diberikan. Ketidaktahuan tersebut terkadang menimbulkan rasa cemas bahkan perasaan tidak nyaman saat berkunjung ke perpustakaan. Bahkan juga memunculkan pikiran negative lainnya yang menyulitkan pemustaka dalam melakukan sebuah pencarian informasi di perpustakaan.
Pemustaka juga akan merasakan kecemasan ketika berada di dalam perpustakaan yang baru ia temui, terlebih pada pemustaka yang mengalami transisi dari tingkat SMA ke tingkat perguruan tinggi yang memiliki perbedaan dalam segi fasilitas, referensi, dan penggunaan teknologi yang menunjang layanan di perpustakaan. Hal tersebut merupakan ciri atau gejala dari library anxiety atau kecemasan di perpustakaan.
UPA Perpustakaan Universitas Jember menggelar Kongkow Bersama Pustakawan seri ke 35 untuk membahas lebih lanjut mengenai Library Anxiety bersama Narasumber dari Perpustakaan Nasional republic Indonesia yaitu Arief Wicaksono, S.Hum., M.Hum. Kegiatan yang mengusung tema “Library Anxiety: Kecemasan Perpustakaan” ini dilaksanakan secara daring pada hari Jumat tanggal 08 Desember 2023.
Pada materi yang disampaikan, Mahasiswa S3 FIKOM UNPAD ini menjelaskan bahwa kesemasan Kecemasan perpustakaan menurut Bostikck (1992) dilatarbelakangi oleh beberapa faktor diantaranya area perpustakaan membingungkan atau membuat frustasi, ada banyak kebijakan dan prosedur, beragam komputer dan mesin dan penjajaran, pemustaka merasa tidak jelas tentang kebutuhan informasinya dan tidak yakin harus mulai darimana, pemustaka mengganggap staf perustakaan tidak peduli dan tidak kooperatif.
Kecemasan juga seringkali terjadi karena beberapa factor diantaranya hambatan dengan staff perpustakaan yang kurang kooperatif, hambatan afektif, kenyamanan dengan perpustakaan, pengetahuan tentang perpustakaan, hambatan mekanis (hambatan bagaimana melakukan sesutau seperti menggunakan teknologi yang terkait dengan layanan perpustakaan).
Pada akhir materi Arief Wicaksono, S.Hum., M.Hum menjabarkan solusi secara umum dalam mengatasi Library Anxiety yaitu perpustakaan harus berorientasi kepada pemustaka yaitu dengan melakukan layanan prima, kita sebagai pustakawan lebih kooperatif dalam menjawab kebutuhan informasi pemustaka serta lebih humanis dalam melakukan interaksi dengan pemustaka sehingga pemustaka merasa nyaman berada dalam perpustakaan dan mengurangi adanya kecemasan dalam perpustakan.