Konferensi Pustakawan #11 “Balancing Academic Services to Embrace Society 5.0”
Jumat, 10 November 2023, Konferensi Pustakawan kembali hadir dengan mengangkat tema “Peningkatan Sumberdaya Perpustakaan Perguruan Tinggi di Era Transformai Digital dan Society 5.0”. Konferensi seri ke 11 kali ini menghadirkan narasumber yaitu Maya Pradhipta Hapsari S.Sos dan Umi Kustantinah S.P.
Konferensi kali ini terbagi menjadi dua sesi, materi sesi pertama disampaikan oleh Umi Kustantinah, S.P yang membahas tentang hasil penelitian dengan judul “Dampak kegiatan kongkow kepustakawanan di UPA Perpustakaan UNEJ dalam Meningkatkan kesejahteraan Masyarakat”. Penelitian tersebut dipresentasikan dalam ajang KPPTI (Konferensi Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) yang diadakan di Semarang pada tanggal 1-3 November 2023
Materi sesi kedua disampaikan oleh Maya Pradhipta H., S.Sos dengan pemabahsan hasil Konferensi Internasional yang diselenggarakan di tempat yang sama. Pada kesempatan kali ini Pustakawan Ahli Muda ini melakuakn sharing knowledge tentang “Balancing Academic Services to Embrace Society 5.0” yang disampaikan oleh Safirotu Khoir, Ph. D pada acara konferensi Internasional KPPTI.
Dunia saat ini sedang dihadapkan oleh era Society 5.0 dimana kecanggihan teknologi telah membantu pekerjaan teknis manusia yaitu salah satunya hadirnya Artificial Intelegence (AI). Kecanggian teknologi tersebut tentu saja akan berdampakan pada layanan Perpustakaan khususnya Perpustakaan Perguruan Tinggi. Perpustakaan perguruan tinggi yang nantinya akan menerapkan AI dalam layanannya mungkin saja akan mempermudah dalam membaca kebutuhan pemustakanya dengan memanfaatkan peran Robot untuk membaca data-data tentang pemustaka. Namun apakah perpustakaan dengan berbasis Robot akan menjadi Perpustakaan yang nyaman bagi pemustakanya? Karna seyogyanya manusia membutuhkan kehadiran dari manusia lainnya. Maka dari itu Perpustakaan perguruan tinggi yang telah menerapkan teknologi perlu mentransformasikan perpustakaannya dengan memanusiakan teknologi dan merangkul masyarakat 5.0 melalui cara:
- Perspective, perpustakaan perlu membuat kebijakan terkait penambahan koleksi yang disesuaikan dengan perilaku pemustaka
- Narrowing the age gap, artinya mengurangi kesenjangan antar usia. Perpustakan sudah sepatutnya melibatkan pemustaka yang mayoritas meruapakan Gen Z untuk bekerja bersama dalam mengembangkan perpustakaan. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada kesenjangan antara layanan perpustakaan dengan pemustaka.
- Memahami masalah yang sedang dihadapi oleh dunia, diantaranya masalah kesehatan jiwa yaitu sekitar 970 juta orang sedang mengalami hal tersebut
- Pelayanan perpustakaan berbasis Human Center, yaitu memanusiakan pemustaka. Pada prinsipnya manusia membutuhkan orang lain sebagai teman bicara, walaupun dunia sedang berada ditengah-tengah kecanggihan teknologi namun pembicaraan yang nyata tidak bisa tergantikan. Mendukung kesejahteraan melalui layanan-layanan yang berbasis human center
- Bertanggung jawab dalam pengembangan diri, dikarenakan melalui kompetensi yang kita miliki dapat mendukung perkembangan institusi kita. Pengembangan diri dapat dilakukan dengan membangun kapasitas diri melalui pengetahuan, skill, pembelajaran, perencanaan dan pelatihan.
- Jarak yang dekat memungkinkan kita untuk melakukan kolaborasi.
Pada akhir penyampaian materi Maya Prahdipta Hapsari, S.Sos, menyimpulkan bahwa teknologi bersifat essentsial namun kemanusiaan juga penting, artinya teknologi dan kemanusiaan harus seimbang. Teknolgoi adalah alat dan kendali dari tekgolnoli itu adalam manusia